Kamis, 24 Februari 2011

Kebutuhan Dasar Manusia


Manusia dan Kebutuhannya
· Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya.
Antara manusia yang satu dengan manusia yang lain selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan/relasi sosial yang saling mempengaruhi.
Manusia dapat dipandang sebagai individu, kelompok, dan masyarakat. Interaksi sosial dapat terjadi antara individu-kelompok, individu-masyarakat, kelompok-kelompok, kelompok-masyarakat, dan masyarakat- masyarakat.
· Manusia itu multidimensi. Manusia bukan semata-mata sesosok tubuh atau dimensi fisik, tetapi padanya melekat dimensi psikis, dimensi sosial, dimensi spiritual, dimensi ekonomi, dll.
· Untuk dapat mempertahankan hidupnya, manusia, mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi. Sebagai makhluk multidimensional, maka kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi juga harus multidimensional.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Elizabeth Nicholds mengemukakan 4 kebutuhan dasar manusia, yaitu :
1. Kebutuhan kasih sayang
2. Kebutuhan untuk merasa aman
3. Kebutuhan untuk mencapai sesuatu
4. Kebutuhan agar diterima dalam kelompok
Laird & Laird mengemukakan 5 tingkat kebutuhan dasar manusia, yaitu :
1. Kebutuhan untuk hidup
2. Kebutuhan untuk aman
3. Kebutuhan untuk bertingkaj laku sosial
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan yang disukai
Abraham H. Maslow mengemukakan 5 hierarki kebutuhan dasar manusia :
1. Kebutuhan fisik
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi
4. Kebutuhan untuk penghargaan (dari dirinya dan dari orang lain)
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan berkembang
S.C. Kohs mengelompokkan kebutuhan dasar manusia menjadi 12 kelompok,
1. Identitas personal (pengakuan diri, martabat,status,dll)
2. Pernyataan diri (self expression), kebebasan untuk bekerja, bermain, memiliki ide-ide sendiri, melakukan eksperimen, pengalaman baru, mempergunakan emosi secara konstruktif)
3. Kontak Sosial secara personal, dalam forum, memiliki kerabat, sahabat
4. Keyakinan (iman)
5. Kebebasan untuk memilih, mengambil keputusan sendiri yang dilandasi oleh pertimbangan dan pendapat sendiri
6. Keterlibatan dalam persoalan keadilan
7. Pendidikan, mewarisi dan mengembangkan intelektual dan kultural
8. Kesehatan fisik
9. Jaminan ekonomi
10. Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
11. Pengakuan sosial dan pujian
12. Kesehatan mental dan pkiran.
· Manusia memenuhi kebutuhan untuk :
Ø Mempertahankan hidup
Ø Mewujudkan aspirasi
Ø Mencapai kesejahteraan
· Dalam proses memenuhi kebutuhannya manusia berinteraksi sosial dengan manusia lain, baik antara Individu-individu, individu-kelompok, individu-masyarakat, kelompok-kelompok, kelompok-masyarakat, masyarakat-masyarakat.
· Kehidupan manusia tidak pernah steril dari masalah. Masalah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Tidak ada satu manusia pun bebas dari masalah.
· Dalam pandangan Social Work : “masalah pada dasarnya merupakan hasil/akibat dari interaksi antara manusia dengan lingkungannya”.
· Masalah adalah kondisi tidak mengenakkan yang perlu atau harus diatasi. Masalah dapat dihadapi manusia sebagai individu, kelompok, maupun masyarakat. Masalah yang dihadapi masyarakat disebut sebagai masalah sosial
· Masalah yang dihadapi manusia menghalangi atau mengganggu pemenuhan kebutuhan, oleh karena itu harus diatasi.
· Manusia mengembangkan ilmu dan teknologi dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan agar tercapai kesejahteraan. Kebutuhan manusia multi dimensional, sehingga ilmu dan teknologi yang dikembangkan berasal berasal dari berbagai disiplin ilmu. Ilmu dan teknologi untuk kepentingan manusia mencapai kesejahteraan
· Ilmu dan teknologi menjadi bekal pengetahuan dan ketrampilan yang diterapkan manusia melalui profesi. Ada profesi yang monodisiplin ada pula profesi yang multidisiplin. Jadi profesi merupakan salah satu perangkat manusia untuk mencapai kesejahteraan..
· Setiap profesi mempunyai kompetensi masing-masing sesuai dengan disiplin ilmunya dan dilengkapi dengan sistem nilai berupa kode etik profesi.
· Mengingat kebutuhan manusia itu multidimensional, maka kesejahteraan juga multidimensional. Dengan kompetensinya masing-masing, maka setiap profesi mempunyai kontribusi dalam membantu manusia mencapai kesejahteraannya.
· Pekerjaan Sosial hanyalah satu profesi, dari sejumlah profesi untuk membantu manusia mencapai kesejahteraannya.
· Disiplin ilmu apakah yang mendasari profesi Pekerjaan Sosial ? Apa atau dimana kompetensi profesi Pekerjaan Sosial dalam mewujudkan kesejahteraan manusia ?
Sumber : Mata Kuliah Pekerjaan Sosial

Kemiskinan

Kemiskinan


Kemiskinan merupakan permasalah induk yang mempengaruhi keberbagai bidang, seperti pendidikan yang menyebabkan minimnya wawasan dan keterampilan dikalangan masyarakat, khusunya di masyarakat pedesaan. Kemiskinan disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah, hasil pembanguanan yang tidak merata, pertumbuhan angkatan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan, kurangnya perhatian pemerintah, dan program penanggulangan masyarakat miskin yang bersifat charity.
1. Pengertian Kemiskinan
Menurut pengertiannya indikator kemiskinan yang dikemukakan oleh Edi Suharto yaitu :
Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi: (a) modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan), (b) sumber keuangan (pekerjaan, kredit), (c) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial), (d) jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, (e) pengetahuan dan keterampilan, dan (f) informasi yang berguna untuk kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto, dkk.,2004:6).
Menurut SMERU (2001) yang dikutif oleh Edi Suharto, bahwa kemiskinan memiliki berbagai dimensi, yaitu:
· Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan).
· Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
· Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
· Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.
· Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam.
· Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat.
· Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
· Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
· Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak telantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil)(Suharto, dkk, 2004:7-8).
Didalam ilmu – ilmu sosial, pemahaman mengenai pengertian kemiskinan dilakukan dengan menggunakan tolak ukur. Dengan adanya tolak ukur ini mereka yang tergolong sebagai orang miskin atau orang yang berada pada taraf kehidupan yang miskin dapat dikelompokan sebagai golongan yang dibedakan dari mereka yang tidak miskin.
Didalam ilmu sosiologi, Soerjono Soekanto menambahakan bahwa kemiskinan adalah:
“sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup untuk memelihara dirinya sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental, maupun fisiknya dalam kelompoknya tersebut.” (1990:406).
Jadi kemiskinan itu adalah keterbatasan masyarakat dalam memperloleh sumber daya yang dibutuhkan, serta ketidakmampuan masyarakat dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tidak adanya sarana pendukung pengembangan kapasitas bagi masyarakat miskin membuat rendahnya mutu sumber daya manusianya. Sehingga masyarakat miskin sulit membeikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya dan menjadikan masyarakat miskin menjadi beban dilingkungannya, karena mereka sendiri tidak sanggup memelihara dirinya mereka sendiri.
2. Penggolongan Kemiskinan
Mengenai permasalahan kemiskinan David Cox (2004:1-6) menggunakan perspektif lebih luas lagi dengan membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi, yaitu:
1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi.
2. Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah. Pemenang umumnya adalah Negara – negara maju. Sedangkan negara – negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.
3. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan.
4. Kemiskianan subsistem (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemsikinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan).
5. Kemiskinan sosial.
6. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas.
7. Kemiskinan konsekuensial.
8. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian – kejadian lain atau faktor – faktor eksternal di luar msikin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.
Permasalahan kemiskinan juga disebabkan oleh berbagai aspek, seperti ketidak merataan hasil pembangunan disuatu Negara yang berujung kepada kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin, baik itu dipedesaan maupun di wilayah perkotaan. Permaslahan kemiskinan ini juga tidak terlepas dari konflik, bencana alam, dan tingginya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan. Ditambah adanya dampak dari era globalisasi dengan diterapkanya perdangangan bebas disejumlah Negara yang cenderung menguntungkan Negara maju dibandingkan Negara berkembang.
3. Faktor Penyebab Kemiskinan
Berkaitan dengan sumber yang menyebabkan terjadinya masalah kemsikinan, maka dapat dilihat dari faktor yang bersifat internal dan eksternal dari orang yang dikenakan label miskin. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Soetomo (1995:126), yang telah membuat interventarisasi terhadap berbagai perspektif yang digunakan para ilmuan sosial dalam memahami dan menjelaskan masalah kemiskinan yang merupakan salah satu bentuk masalah sosial, yaitu (1) sumber masalah pada individu (individual blame approach), dan (2) sumber masalah pada level sistem (system blame approach).
Dalam pandangan individual blame approach, pandangan kemiskinan disebabkan oleh kekuarangan dan kecacatan individual dalam bentuk biologis, psikologis dan kulturan yang menghalangi seseorang memperoleh kemajuan dalam kehidupannya. Kemiskinan akibat dari sifat malas, kurangnya kemampuan intelektual, kelemahan fisik, kurangnya keterampilan dan rendahnya kemampuan untuk menanggapi persoalan disekitarnya.
Adapun system blame approach menunjukan faktor structural sebagai penyebab maslah kemiskinan. Seseorang menjadi miskin karena berada dalam lingkungan masyarakat yang memiliki karakteristik antara lain : Distribusi penguasaan sumber daya yang timpang, gagal dalam mewujudkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, institusional sosial yang melahirkan berbagai bentuk dikriminasi, perkembangan.

Recent Posts